Pages

Monday, October 8, 2012

Belajar dari para pengusaha internet profesional di Sparxup 2012

Belajar dari para pengusaha internet profesional di Sparxup 2012

Gadgetan – Salah satu acara menarik yang ditawarkan oleh acara Sparxup 2012 kemarin adalah seminar yang diadakan pada Jumat, 5 Oktober 2012. Pada sesi acara ini, Sparxup 2012 menghadirkan para pakar di bidangnya masing-masing untuk berbagi informasi dan ilmu kepada para peserta.

Gadgetan akan membahas secara singkat panel diskusi yang terdiri dari 3 sesi, dimana mungkin Anda pembaca Gadgetan bisa belajar dari mereka. Simak 3 sesi panel diskusi pada event Sparxup 2012, Jumat 5 Oktober kemarin.

Sesi pertama panel diskusi menghadirkan Hendrik Tio (Bhinneka.com), Ferry Tenka (Groupon Disdus), Roy Simangunsong (Yahoo), Yoga Nandiwardhana (Ohdio), dan Ivan Hudyana (Blibli) dengan moderator Aulia Masna (DailySocial). Mereka membawakan tema ‘Executing Tech Business in Indonesia’.

Para pembicara membicarakan iklim E-Commerce di Indonesia dimana Hendrik Tio mengaku ada potensi yang sangat besar di industri ini dan diperkirakan akan mengalami puncaknya di tahun 2015. Perkembangan mobile internet yang sangat pesat membuat penetrasi internet di Indonesia begitu besar.

Sementara, Ferry Tenka dari Groupon Disdus mengatakan kendala dan tantangan yang ada pada E-Commerce Indonesia saat ini adalah belum tersedianya layanan solusi pembayaran online yang bisa diandalkan, begitu juga mitra logistik karena Indonesia adalah sebuah negara kepulauan.

Masing-masing dari para pelaku bisnis online ini menyatakan adanya perubahan ke arah yang lebih positif, baik dari sisi industri maupun konsumen sendiri. Namun, perlu dilakukan pembenahan dari segi infrastruktur seperti layanan pembayaran dan logistik.

Sesi kedua panel diskusi menghadirkan Akshay Patil (Head of Platform, Foursquare), Troy Malone (GM APAC, Evernote), Zane Adam (Senior Director Microsoft untuk Cloud and Platform Strategy), Norita Kobayashi (VP Business Development Departement GREE Singapura, Head of APAC/India Business Development GREE), dan Willix Halim (Vice President of Growth, Freelancer.com) dengan moderator Ryu Kawano Suliawan (CEO Veritrans Indonesia). Mereka membawakan tema Emerging Market Expansion, sebuah topik mengenai strategi apan yang dilakukan oleh perusahaan mereka terkait pasar berkembang seperti negara Indonesia.

Kobayashi dari GREE menjelaskan strategi pelokalan yang mereka lakukan antara lain (untuk game) membawa judul game lokal Jepang ke pasar international, termasuk juga untuk India dan Indonesia. Bukan sekedar membuat game dalam bahasa lokal, tetapi yang penting adalah mencari core user di area lokal.

Sementara itu, Akshay Patil dari Four Square mengatakan bahwa Foursquare menjalankan strategi untuk mendukung para super user (relawan pengguna yang memiliki wewenang untuk meloloskan saran lokasi) yang ada di Indonesia untuk ikut membantu mengenalkan berbagai layanan mereka pada pengguna lokal.

Menarik untuk mempelajari bagaimana para perusahaan ini memutuskan strategi pelokalan mereka, salah satu kata kunci yang muncul dalam proses diskusi adalah partnership atau kemitraan, dimana Foursquare bermitra dengan super user sementara perusahaan lain seperti Microsoft akan melakukan kemitraan dengan para distributornya. Pasar lokal Idonesia sangat menarik bagi perusahaan luar, beberapa diantaranya sudah hadir di sini. Tentunya ini perkembangan yang baik juga bagi para pengusaha di bidang digital untuk memanfaatkan momentum dan terus mempelajari berbagai perkembangan yang ada dan memperbaiki layanan mereka.

Sesi ketiga panel diskusi  menghadirkan Dondy Bappedyanto(Infinys System), Fakhry Bafadal (Bancakan 2.0) dan Reza Prabowo (FOWAB), Italo Gani (Inbound Marketing) dengan moderator Anthony Liem (Merah Putih, Inc.). Mereka membawakan diskusi Exploring Indonesian Market tentang bagaimana menjelajah market di Indonesia.

Diskusi bermula dengan pernyataan Jakarta sebagai kota yang tidak produktif dan menyenangkan untuk membuat programmer kreatif. Hal ini diungkapkan oleh Fakhry Bafadal dan Reza Prabowo yang merupakan inisiator dari masing-masing pelaku bisnis online di daerah Yogyakarta dan Bandung.

Mereka berpendapat untuk mencari tim teknisi yang handal, para pengusaha bisa mencari di daerah Bandung, Yogyakarta dan Malang. Para lulusan universitas daerah juga lebih totalitas dalam menjalankan kegiatan mereka dibandingkan lulusan kota yang lebih mengincar finansial.

Market Indonesia sendiri masih mengandalkan B2B (bisnis ke bisnis) dibanding B2C(bisnis ke konsumen) karena hambatan berupa platform payment. Fakta bahwa hanya 20% penduduk Indonesia yang mempunyai akun bank dan hanya 9% yang mempunyai kartu kredit menyusahkan startup untuk membuat skema pembayaran.

Jika hal ini teratasi, maka akan menjadi lebih mudah menjual bisnis teknologi ke daerah-daerah. Pada sesi ini, perusahaan-perusahaan digital, lokal maupun global diharapkan bisa memanfaatkan potensi-potensi lokal khususnya dari daerah untuk memperluas bisnisnya ke pasar Indonesia dan memperkenalkan peran internet di Indonesia.

 

No comments:

Post a Comment